Kota Salem, kota indah yang memiliki kenangan buruk yang sulit untuk
dilupakan karena pernah terjadi dan menjadi sejarah besar disini, yaitu
pengadilan ilmu sihir tahun 1692. Banyak orang yang kehilangan nyawa
akibat dari pengadilan ilmu sihir di Salem, Massachusettes ini. Banyak
orang yang diadili, dianiaya, dipenjara, disiksa dan dieksekusi mati
dengan bukti-bukti yang tidak dapat diterima oleh pengadilan modern
seperti sekarang ini karena alasan yang tidak masuk akal.
Kota
Salem berdiri tahun 1629. Pada tahun 1641 hukum Inggris mulai
diterapkan di kota ini dan membuat undang-undang yang menganggap bahwa
ilmu sihir adalah termasuk kejahatan besar. Tahun 1688, Martha Goodwin,
seorang remaja penduduk lokal disana bertengkar dengan seorang tukang
cuci bernama Goode Glover yang memicu kemunculan ilmu sihir ini. Martha
pun mendapat penyakit aneh, disusul kemudian saudara lelaki dan kedua
adik perempuannya mengalami hal serupa. Glover ditangkap karena telah
melakukan tindakan yang dianggap sebagai kegiatan sihir kepada keluarga
Goodwin. Seorang pendeta bernama Cotton Mather menemui Glover dengan
maksud membujuknya agar dia menyesali perbuatannya karena Goode Glover
akan dihukum gantung. Kemudian pendeta Mather membawa Glover ke
rumahnya, tiba-tiba sikap Glover menjadi sangat menakutkan dan
mencurigakan.
Singkat cerita, pada tahun baru 1692, Abigail Williams (11 tahun) dan Elizabeth Parris (9 tahun) menderita penyakit yang sama dengan anak-anak keluarga Goodwin empat tahun lalu. Selang kemudian seorang gadis bernama Ann Putnam Jr. dan beberapa gadis lain pun mengalami hal serupa. Pada pertengahan bulan Februari 1692, seorang dokter menganggap apa yang dialami oleh penduduk Salem itu adalah akibat dari ilmu sihir.
Tituba, seorang budak wanita diidentifikasi sebagai orang aneh karena dia pernah memberi makan anjingnya sepotong kue buatannya yang diberi nama kue sihir beberapa hari sebelumnya. Beberapa penduduk lain menuduh Sarah Good dan Sarah Osborne sebagai penyihir. John Hathorne dan Jonathan Corwin dari kepolisian setempat memeriksa Tituba, Sarah Good dan Sarah Osborne atas tuduhan itu. Tituba mengaku bahwa praktek sihirnya didapat dari Goode Glover dan Sarah Osborne. Mercy Lewis, Mary Walcott dan Mary Warren menyatakan bahwa mereka tertular penyakit aneh dari Ann Putnam Jr. Ann menuduh Martha Cory adalah seorang penyihir, begitu pula Abigail Williams menuduh Rebecca Nurse. Deputi Samuel Brabrook juga menangkap Dorcas Good yang kemudian diperiksa oleh kedua polisi Hathrone dan Corwin, mereka juga menangkap Rebecca Nurse.
Selanjutnya Elizabeth Proctor dan Sarah Cloyce (adik dari Rebecca Nurse) dituduh sebagai penyihir, setelah Sarah Cloyce membela habis-habisan kakaknya dan mengatakan bahwa kakaknya itu bukan penyihir. Hal yang sama terjadi pada John (suami dari Elizabeth Proctor) sewaktu dia membela istrinya dan menjadikan dia lelaki pertama yang tertuduh sebagai penyihir. Aksi tuduh menuduh inipun semakin berkembang dan membuat banyak orang ditangkap (baik lelaki maupun perempuan) dan dimasukan ke penjara.
Tanggal 27 Mei 1692, keadaan kota Salem semakin memanas. Pengadilan pun digelar. Bridget Bishop adalah wanita pertama yang diadili karena Elizabeth Booth (perempuan yang menuduhnya penyihir) terbukti mendapat gejala penyakit aneh tersebut, Bridget Bishop-pun dihukum gantung. Selanjutnya Rebecca Nurse, Susannah Martin, Elizabeth Howe, Sarah Good dan Sarah Wildes diadili dan mereka pun digantung di Gallows Hill. Kemudian George Jacobs Sr., Martha Carrier, George Burroughs, John Willard, John and Elizabeth Proctor diumumkan bersalah dan mereka pun juga digantung, kecuali Elizabeth Proctor karena dia sedang mengandung. Disusul Martha Corey, Mary Easty, Alice Parker, Ann Pudeator, Dorcas Hoar dan Mary Bradbury. Tuduhan penyihir pun bertambah dengar hadirnya Giles Cory.
17 September 1692, Margaret Scott, Wilmott Redd, Samuel Wardwell, Mary Parker, Abigail Faulkner, Rebecca Earnes, Mary Lacy, Ann Foster dan Abigail Hobbs diadili dan dijatuhi hukuman gantung. Apa yang dialami Giles Cory lebih sadis dan mengerikan, lelaki itu ditindih dengan batu besar sampai mati karena dia menolak untuk mengakui kesalahannya dan itu memakan waktu dua hari hingga dia tewas. Beberapa hari kemudian Martha Cory, Margaret Scott, Mary Easty, Alice Parker, Ann Pudeator, Willmott Redd, Samuel Wardwell dan Mary Parker dihukum gantung.
Tanggal 3 Oktober 1692, Pendeta Increase Mather, presiden dari Harvard College (ayah dari Pendeta Cotton Mather) mengumumkan cara penggunaan bukti-bukti sihir di pengadilan. Tetapi Gubernur Phipps mengatakan bahwa bukti-bukti itu tidak berlaku pada pengadilan ilmu sihir. Pada musim gugur, Gubernur Phipps membebaskan beberapa tersangka yang tidak cukup bukti. Hakim Stoughton mendapat perintah dari Gubernur untuk melanjutkan proses pengadilan ilmu sihir dan menghukum gantung para wanita walaupun mereka sedang hamil, dikarenakan itulah Hakim Stoughton mundur dari jabatannya sebagai Hakim kota.
Akhirnya, 49 dari 52 orang tersangka dibebaskan termasuk Tituba yang kemudian dijual kepada tuannya yang baru. Pada musim panas Gubernur Phipps memohon maaf kepada seluruh tersangka yang masih tersisa di dalam penjara. Hingga tahun 1697 Pengadilan kota mengakui kesalahan telah memenjarakan dan menghukum mati banyak orang tanpa bukti yang jelas dan menentukan hari puasa dan soul-searching atas tragedi di kota Salem itu. Mereka pun mendeklarasikan bahwa tahun 1692 sebagai tahun tanpa hukum.
Awal tahun 1700-an, mereka merehabilitasi nama-nama orang yang pernah disangka penyihir baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup. Sekarang kota Salem memiliki sebuah museum bernama “Salem Witch Museum” yang akan membawa kita ke sejarah penuh tragedi yang pernah terjadi disana, sesuai dengan buku “The Crucible” karangan Arthur Miller.
Berikut pernyataan terakhir beberapa tersangka sesaat sebelum mereka dieksekusi:
William Hobbs
“I can deny it to my dying day.”
Dorcas Hoar
“I will speak the truth as long as I live.”
Margaret Jacobs
“… They told me if I would not confess I should be put down into the dungeon and would be hanged, but if I would confess I should save my life.”
Bridget Bishop
“I am no witch. I am innocent. I know nothing of it.”
Rebecca Nurse
“Oh Lord, help me! It is false. I am clear. For my life now lies in your hands….”
Elizabeth Howe
“If it was the last moment I was to live, God knows I am innocent…”
Susannah Martin
“I have no hand in witchcraft.”
Martha Carrier
“…I am wronged. It is a shameful thing that you should mind these folks that are out of their wits.”
George Jacobs
“Because I am falsely accused. I never did it.”
Mary Bradbury
“I do plead not guilty. I am wholly innocent of such wickedness.”
Mary Easty
“…if it be possible no more innocent blood be shed…
…I am clear of this sin.”
Singkat cerita, pada tahun baru 1692, Abigail Williams (11 tahun) dan Elizabeth Parris (9 tahun) menderita penyakit yang sama dengan anak-anak keluarga Goodwin empat tahun lalu. Selang kemudian seorang gadis bernama Ann Putnam Jr. dan beberapa gadis lain pun mengalami hal serupa. Pada pertengahan bulan Februari 1692, seorang dokter menganggap apa yang dialami oleh penduduk Salem itu adalah akibat dari ilmu sihir.
Tituba, seorang budak wanita diidentifikasi sebagai orang aneh karena dia pernah memberi makan anjingnya sepotong kue buatannya yang diberi nama kue sihir beberapa hari sebelumnya. Beberapa penduduk lain menuduh Sarah Good dan Sarah Osborne sebagai penyihir. John Hathorne dan Jonathan Corwin dari kepolisian setempat memeriksa Tituba, Sarah Good dan Sarah Osborne atas tuduhan itu. Tituba mengaku bahwa praktek sihirnya didapat dari Goode Glover dan Sarah Osborne. Mercy Lewis, Mary Walcott dan Mary Warren menyatakan bahwa mereka tertular penyakit aneh dari Ann Putnam Jr. Ann menuduh Martha Cory adalah seorang penyihir, begitu pula Abigail Williams menuduh Rebecca Nurse. Deputi Samuel Brabrook juga menangkap Dorcas Good yang kemudian diperiksa oleh kedua polisi Hathrone dan Corwin, mereka juga menangkap Rebecca Nurse.
Selanjutnya Elizabeth Proctor dan Sarah Cloyce (adik dari Rebecca Nurse) dituduh sebagai penyihir, setelah Sarah Cloyce membela habis-habisan kakaknya dan mengatakan bahwa kakaknya itu bukan penyihir. Hal yang sama terjadi pada John (suami dari Elizabeth Proctor) sewaktu dia membela istrinya dan menjadikan dia lelaki pertama yang tertuduh sebagai penyihir. Aksi tuduh menuduh inipun semakin berkembang dan membuat banyak orang ditangkap (baik lelaki maupun perempuan) dan dimasukan ke penjara.
Tanggal 27 Mei 1692, keadaan kota Salem semakin memanas. Pengadilan pun digelar. Bridget Bishop adalah wanita pertama yang diadili karena Elizabeth Booth (perempuan yang menuduhnya penyihir) terbukti mendapat gejala penyakit aneh tersebut, Bridget Bishop-pun dihukum gantung. Selanjutnya Rebecca Nurse, Susannah Martin, Elizabeth Howe, Sarah Good dan Sarah Wildes diadili dan mereka pun digantung di Gallows Hill. Kemudian George Jacobs Sr., Martha Carrier, George Burroughs, John Willard, John and Elizabeth Proctor diumumkan bersalah dan mereka pun juga digantung, kecuali Elizabeth Proctor karena dia sedang mengandung. Disusul Martha Corey, Mary Easty, Alice Parker, Ann Pudeator, Dorcas Hoar dan Mary Bradbury. Tuduhan penyihir pun bertambah dengar hadirnya Giles Cory.
17 September 1692, Margaret Scott, Wilmott Redd, Samuel Wardwell, Mary Parker, Abigail Faulkner, Rebecca Earnes, Mary Lacy, Ann Foster dan Abigail Hobbs diadili dan dijatuhi hukuman gantung. Apa yang dialami Giles Cory lebih sadis dan mengerikan, lelaki itu ditindih dengan batu besar sampai mati karena dia menolak untuk mengakui kesalahannya dan itu memakan waktu dua hari hingga dia tewas. Beberapa hari kemudian Martha Cory, Margaret Scott, Mary Easty, Alice Parker, Ann Pudeator, Willmott Redd, Samuel Wardwell dan Mary Parker dihukum gantung.
Tanggal 3 Oktober 1692, Pendeta Increase Mather, presiden dari Harvard College (ayah dari Pendeta Cotton Mather) mengumumkan cara penggunaan bukti-bukti sihir di pengadilan. Tetapi Gubernur Phipps mengatakan bahwa bukti-bukti itu tidak berlaku pada pengadilan ilmu sihir. Pada musim gugur, Gubernur Phipps membebaskan beberapa tersangka yang tidak cukup bukti. Hakim Stoughton mendapat perintah dari Gubernur untuk melanjutkan proses pengadilan ilmu sihir dan menghukum gantung para wanita walaupun mereka sedang hamil, dikarenakan itulah Hakim Stoughton mundur dari jabatannya sebagai Hakim kota.
Akhirnya, 49 dari 52 orang tersangka dibebaskan termasuk Tituba yang kemudian dijual kepada tuannya yang baru. Pada musim panas Gubernur Phipps memohon maaf kepada seluruh tersangka yang masih tersisa di dalam penjara. Hingga tahun 1697 Pengadilan kota mengakui kesalahan telah memenjarakan dan menghukum mati banyak orang tanpa bukti yang jelas dan menentukan hari puasa dan soul-searching atas tragedi di kota Salem itu. Mereka pun mendeklarasikan bahwa tahun 1692 sebagai tahun tanpa hukum.
Awal tahun 1700-an, mereka merehabilitasi nama-nama orang yang pernah disangka penyihir baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup. Sekarang kota Salem memiliki sebuah museum bernama “Salem Witch Museum” yang akan membawa kita ke sejarah penuh tragedi yang pernah terjadi disana, sesuai dengan buku “The Crucible” karangan Arthur Miller.
Berikut pernyataan terakhir beberapa tersangka sesaat sebelum mereka dieksekusi:
William Hobbs
“I can deny it to my dying day.”
Dorcas Hoar
“I will speak the truth as long as I live.”
Margaret Jacobs
“… They told me if I would not confess I should be put down into the dungeon and would be hanged, but if I would confess I should save my life.”
Bridget Bishop
“I am no witch. I am innocent. I know nothing of it.”
Rebecca Nurse
“Oh Lord, help me! It is false. I am clear. For my life now lies in your hands….”
Elizabeth Howe
“If it was the last moment I was to live, God knows I am innocent…”
Susannah Martin
“I have no hand in witchcraft.”
Martha Carrier
“…I am wronged. It is a shameful thing that you should mind these folks that are out of their wits.”
George Jacobs
“Because I am falsely accused. I never did it.”
Mary Bradbury
“I do plead not guilty. I am wholly innocent of such wickedness.”
Mary Easty
“…if it be possible no more innocent blood be shed…
…I am clear of this sin.”